Search This Blog
Sebuah catatan hati yang terserak. Hello.. I'm Wildah Binashrillah. I just commited to serving you to become the best version of your-self and only writing down the thoughts of the moment because every word has its limits. Hanya bisa menulis sebuah tulisan sederhana, bukan penulis yang tahu segalanya.
Coretanku
- Get link
- X
- Other Apps
TRAUMA
Akhirnya, setelah memendam tema ini cukup lama. Akhirnya aku memilih untuk memposting tulisan berikut ini. Setelah sekian distraksi beruntun memecah sebuah konsentrasi untuk segera merilis sebuah tajuk. Aku memilih judul diatas bukan tanpa alasan, setelah beberapa kejadian membuatku sangat berhati-hati atau bahkan menghindar sama sekali. Check it out!
TRAUMA
Sebuah Yayasan Sosial Amerika bernama American Psychological Association (APA) memberi definisi bahwa trauma merupakan hasil respon emosional terhadap peristiwa mengerikan. FYI, tentu saja sumber ini dari google. LOL. Kemudian dari pengertian truma ini melahirkan jenis-jenis trauma yang terbagi menjadi dua bagian. Pertama trauma akut, kedua trauma tironis dan terakhir trauma kompleks.
Trauma akut terbentuk dari kumpulan peristiwa yang membuat stress seseorang atau sesuatu yang sangat berbahaya. Untuk trauma tironis merupakan hasil dari paparan berulang dan berkepanjangan dari suatu peristiwa yang amat menegangkan. Sedangkan jenis trauma yang terakhir yaitu kompleks merupakan paparan berbagai peristiwa traumatik.
Anyway, sedikit pembahasan diatas hanya secuil dari banyaknya tulisan yang ada mengenai trauma itu sendiri. Karena beberapa hal yang semakin dewasa aku semakin menyadari bahwa ada banyak hal yang ternyata sangat relevan dengan trauma. Pada faktanya aku menyimpan banyak traumatik yang tidak seharusnya ada dan harus segera aku hilangkan, demi terwujudnya kehidupan yang aman damai sentosa nan sejahtera. Jauh di dalam dasar jiwa, sebetulnya terselip pula ketakutan-ketakutan yang tidak ingin terulang.
Semua rangkaian trauma itu seakan berjejer rapi menemani kehidupan perantauanku. Contoh kecil saja, aku sangat takut menyebrang jalan raya yang biasa melaju banyak kendaraan lalu lalang. Pernah satu waktu bersama gerombolan kawan-kawan ingin berfoto ria di salah satu objek ikonik yang ada di Kairo. Letaknya persis bersebrangan dengan Markaz Lughah tempat aku mengambil kelas bahasa selama tiga bulan sebelum masuk jejnjang bangku kuliah. Namun halang rintang menanti disana, sebuah jalan raya besar dengan populasi kendaraan yang melaju kencang di atas 100KM/jam (alay, haha) membuatku menolak mentah-mentah ajakan tersebut. Aku akan lebih memilih jalan hingga ke ujung persimpangan jalan gerbang utama dan menaiki fasilitas umum jembatan layang disana. Meski aku tahu, teman-temanku telah merapatkan barisan demi menyebrang secara hati-hati dan bisa sampai di tepi jalan lainnya dengan aman selamat.
Seperti ada gambaran buruk yg tiba-tiba datang. Aku tahu hal ini tidak baik, seperti aku memberi mindset pada otak pada hal yg tidak baik. Dalam istilah psikologi mereka menyebutnya call of void. Seperti bisikan yang mengarah pada kejadian aneh. Kuharap, trauma seperti ini bisa segera hilang seiring berjalannya waktu.
Cerita yang lain lagi, dan ini terdengar menggelikan. Aku sangat takut dengan anjing yang berkeliaran di seantero jalan Mesir. Aku tahu mereka tidak akan merespon manusai yang berjalan di sampingnya. Tapi aku tetap tidak suka, selain kerena alasan air liur anjing yang najis. Terlebih selalu membayangkan bahwa mereka akan mengejar atau menggonggong atau hal-hal menakutkan lainnya. Ketakutan yang tak terbukti sebetulnya, meski pernah sekali aku memang benar-benar dikejar oleh induk anjing yang posesif terhadap anaknya yang masih kecil. Huuuh, padahal aku tidak berminat sama sekali untuk mengambil doggy kecil itu.
Banyak dari kita yang menyimpan beberapa hal yang terdengar sepele bagi orang lain. Namun tidak bagi kita. Bahkan bisa jadi hal yang amat serius dan benar-benar menakutkan. Dan satu-satunya orang yang bisa mengatasi itu semua hanya dari dalam. Bahkan melakukan terapi kesehatan mental ke para ahli sekalipun tidak akan menghilangkan rasa tarumatik seluruhnya jika kita tidak bersedia memeranginya.
Aku masih merasa beruntung, sebab trauma yang aku alami tidak sedalam yang menimpa manusia lainnya. Dua cerita di atas hanya sebagian dari kisah taumatik yang tertanam dalam diriku. TErsimpan hal-hal mengerikan lainnya yang tidak ingin aku bagi kisahnya dengan mudah. Kedua hal diatas pada sisi lainnya masih bisa aku atasi dengan bersikap tenang dan waspada selalu. AKu tetap memfokuskan pada hal-hal yang jauh lebih penting demi mengikis rasa trauma yang hampir terjadi setiap harinya. Sebab aku mau tidak mau akan terus berhadapan dengan situasi tersebut.
Karena pada dasarnya, memiliki trauma pada diri sendiri adalah hal yang wajar. Sebab kita semua hanya mahkluk lemah yang bernama manusia. Beberapa rasa yang tidak kita inginkan memang akan tumbuh secara alamiah. Selagi hal tersebut tidak mengurangi esensitas untuk menghamba pada Tuhannya itu tak mengapa. Namnun jika rasa trauma yang bercokol dalam diri kita mengganggu aktifitas lainnya akan lebih baik jika kita mencari solusi untuk menyingkirkannya secara permanen.
Again, aku belum bisa membagi tips bagaimana cara menangani trauma yang mengganggu itu. Sebab pada sisi yang aku milki, belum dapat teratasi sepenuhnya. Aku sadar betul, hal tersebut mengganggu. Namun masih terus memikirkan bagaimana cara menghilangkannya. Tak apa, semuanya butuh proses.
Kalian juga begitu kan?
Trauma ada, karena kita hanya manusia biasa..
Etoille, Down Town
Rabu, 6 januari 2021
16.13 clt
dipublikasikan Kamis, 25 Maret 2021
22.21 clt
- Get link
- X
- Other Apps
Comments
Post a Comment