Skip to main content

Coretanku

Arash Khalefa Haqiqi

 Helloo.. I'm back. Semoga platform ini belum bersarang karena sudah lama ditinggal oleh pemiliknya. Pun berharap pembaca setianya belum pergi menuju antah berantah. Dunia menulis yang sudah sangat kurindukan. Kembali menjadi diriku dengan versi yang sepi dan sendiri. My latest update. Satu bulan dua puluh tiga hari menjadi ibu. Tubuhku benar-benar bukan milikku lagi. Ada sebagian dari aku yang kini menjadi milik manusia kecil yang juga tercipta dari sebagian tubuhku. Menjadi sosok baru yang sedang bertumbuh. Senang dan penuh haru rasanya menjadi sosok ibu baru. Tapi juga rasanya seperti ada kepingan mimpi lainnya yang semakin bias. Seperti sudah menjadi skenario paten di dunia ini bahwa yang datang akan pergi. Yang menetap, membuat yang tadinya ada akan beranjak meninggalkan. Aku kehilangan dunia lamaku, berganti menjadi bahwa dirikulah dunia bagi anakku. Jari-jari kecil yang saat ini sudah mulai belajar meraih dan menggenggam tanganku. Mata kecil yang berbinar menatapku dengan ta...

Tentang hujan yang banyak dibicarakan hari ini

Seharian ini Kairo mendung sedari pagi. Siang yang benar-benar tidak terik. Sepertinya awan Kairo sudah tak kuat membendung air jernihnya untuk segera ditumpahkan ke bumi. Hujan turun secara tiba-tiba. Hujan terderas yang pernah kurasakan sepanjang hidup di tanah ini. Hujan turun tepat bersamaan dengan perasaan kecewa yang sedang ingin ditumpahkan. Ah, kenapa hujan serasi sekali dengan jiwa-jiwa melow dan patut dijadikan puisi. Ada banyak manusia menyukai bahkan merindukan hujan dengan fanatiknya. Beberapa jatuh cinta dengan hujan karena memberi kenangan. Aku tak memiliki kaitan apapun dengan hujan. Tapi aku juga suka dengan hadirnya hujan, disaat musim panas dan kemarau panjang yang membuat banyak orang melupakan kemul dan jaket tebalnya. Hujan datang menenangkan. Dan aku terjebak dibawah hujan sekarang. Menikmati aroma hujan di Bumi yang jarang sekali turun hujan, hal yang tidak bisa dipastikan akan kembali terulang. Sembari berteduh dan menulis dengan bahasa kalbu. Musim dingin ketiga, akankah terasa indah?

Comments

Popular Posts