Search This Blog
Sebuah catatan hati yang terserak. Hello.. I'm Wildah Binashrillah. I just commited to serving you to become the best version of your-self and only writing down the thoughts of the moment because every word has its limits. Hanya bisa menulis sebuah tulisan sederhana, bukan penulis yang tahu segalanya.
Coretanku
- Get link
- X
- Other Apps
Flash Fiction (part 1)
Aku menitikkan air mata untuk
seorang pria yang kini berada di sampingku. Sebuah buku harian miliknya yang
berisi banyak lembaran foto antara ia dan ibunya. Manis sekali, aku belum
pernah menemukan seorang pria dengan hubungan yang sangat akrab dengan ibunya. Dapat
dipastikan, ia adalah seorang pria yang sangat mengerti bagaimana cara
memperlakukan wanita dengan baik. Entah mengapa, aku sangat meyakini sebuah
konsep bahwa anak lelaki sampai kapanpun akan tetap menjadi bayi dewasa bagi
ibunya, dan itu kurasa benar.
“Hei..! Kamu menangis?!”
Ia menyadari bahwa aku tengah
menangis karenanya.
Aku hanya sedikit sesenggukan dan
membalasnya dengan senyuman. Aku memandangnya dalam dengan tatapan penuh arti. Seakan
mengisyaratkan bahwa wanita yang berada dalam catatan hariannya itu sejatinya
tidak pernah pergi jauh. Ia akan tetap ada di hati pria sampingku kini. Ikatan batin
yang begitu kuat tak akan pernah terpisahkan, dengan maut sekalipun.
Ia mengambil nafas panjang lalu mengungkapkan
sesuatu. Dengan pandangan lurus kedepan tanpa menoleh ke arahku.
“Kau tahu? aku belum pernah jatuh
cinta dengan wanita lain selain seseorang dalam buku harian ini.”
Aku yang mendengar kalimatnya
barusan seakan membungkam mulut untuk tak berkata apapun. Beberapa bagian kata
seakan tertahan untuk tak terucap. Lantas diam dan mendengarkan saja kelanjutan
kalimatnya.
“Bukan aku tidak ingin jatuh
cinta, hanya saja memang aku yang tidak pernah berusaha mencari. Kupikir tidak
akan pernah ada wanita yang bisa memberikan segenap jiwa dan cintanya sebesar cinta
ibu untuk anak lelakinya.”
“Jadi.. kau berpikir bahwa tidak
ada wanita di dunia ini yang bisa tulus mencintai seorang pria selain ayahnya?”
aku bertanya dengan bibir bergetar, seakan keluh untuk diucapkan.
“Kupikir begitu.. tapi itu dulu”
Ia tersenyum, aku bisa melihatnya. Karena aku langsung menoleh ke arahnya di
detik ia mengucapkan kalimat terakhir itu.
“Dulu? Jika sekarang?”
“Aku menemukannya. Seseorang itu
kini ada, dan ia dekat sekali”
--------------------THE END
Note : jadi karena akhir-akhir ini males bikin cerita yang panjang, kedepannya aku bakal bikin flash fiction aja yang dikit dan gampang. Haha..
- Get link
- X
- Other Apps
Comments
Post a Comment