Skip to main content

Coretanku

Arash Khalefa Haqiqi

 Helloo.. I'm back. Semoga platform ini belum bersarang karena sudah lama ditinggal oleh pemiliknya. Pun berharap pembaca setianya belum pergi menuju antah berantah. Dunia menulis yang sudah sangat kurindukan. Kembali menjadi diriku dengan versi yang sepi dan sendiri. My latest update. Satu bulan dua puluh tiga hari menjadi ibu. Tubuhku benar-benar bukan milikku lagi. Ada sebagian dari aku yang kini menjadi milik manusia kecil yang juga tercipta dari sebagian tubuhku. Menjadi sosok baru yang sedang bertumbuh. Senang dan penuh haru rasanya menjadi sosok ibu baru. Tapi juga rasanya seperti ada kepingan mimpi lainnya yang semakin bias. Seperti sudah menjadi skenario paten di dunia ini bahwa yang datang akan pergi. Yang menetap, membuat yang tadinya ada akan beranjak meninggalkan. Aku kehilangan dunia lamaku, berganti menjadi bahwa dirikulah dunia bagi anakku. Jari-jari kecil yang saat ini sudah mulai belajar meraih dan menggenggam tanganku. Mata kecil yang berbinar menatapku dengan ta...

tanpa judul


Cerpen (cerita sangat pendek sekali)

Nihongo berjalan melewati pohon-pohon sakura di sepanjang area Kyoto. Ranting-ranting pohon yang kokoh sarat dengan kelopak sakura yang hampir rontok menjelang pergantian musim. Pejalan kaki nampak tidak terlalu peduli dengan keindahan bunga khas Jepang tersebut, namun Nihongo menghentikan langkah dan bertanya kepada Yuni, “Yuni, apakah kamu menyukai tempat ini”
Yuni ikut berhenti, lalu mengedarkan pandangan ke sekeliling. “Tentu saja! Aku suka udara di sini, walau kadang merindukan kampung halamanku.” Yuni menghentikan langkah, lalu mengambil nafas panjang dan mulai membuka suara.
“Aku sangat merindukan kampung halamanku. Ragaku tumbuh dan besar disana. Tapi satu hal yang harus kamu percaya, jiwaku telah ikut bersamamu disini. Dan aku tak butuh alasan untuk terus menjelaskan kepadamu akan hal ini..” Senyum yang tulus terlihat dari bagaimana manisnya wajah Yuni.
Nihongo tersenyum, senyumnya sarat makna. Jalanan Kyoto yang selalu sibuk dengan warga yang terburu-buru mengejar waktu, dengung shinkansen dari kejauhan, langit yang selalu tampak biru dan menaungi, aroma kota yang khas bercampur dengan harum bunga musim semi. Ya, Nihongo juga berpikir demikian.

Selesai..

Comments

Popular Posts