Skip to main content

Coretanku

Arash Khalefa Haqiqi

 Helloo.. I'm back. Semoga platform ini belum bersarang karena sudah lama ditinggal oleh pemiliknya. Pun berharap pembaca setianya belum pergi menuju antah berantah. Dunia menulis yang sudah sangat kurindukan. Kembali menjadi diriku dengan versi yang sepi dan sendiri. My latest update. Satu bulan dua puluh tiga hari menjadi ibu. Tubuhku benar-benar bukan milikku lagi. Ada sebagian dari aku yang kini menjadi milik manusia kecil yang juga tercipta dari sebagian tubuhku. Menjadi sosok baru yang sedang bertumbuh. Senang dan penuh haru rasanya menjadi sosok ibu baru. Tapi juga rasanya seperti ada kepingan mimpi lainnya yang semakin bias. Seperti sudah menjadi skenario paten di dunia ini bahwa yang datang akan pergi. Yang menetap, membuat yang tadinya ada akan beranjak meninggalkan. Aku kehilangan dunia lamaku, berganti menjadi bahwa dirikulah dunia bagi anakku. Jari-jari kecil yang saat ini sudah mulai belajar meraih dan menggenggam tanganku. Mata kecil yang berbinar menatapku dengan ta...

I am the only one who decided to choose this way

 


  It doesn't matter how long, or how far my body might have been separated. But my soul will always be bounded together. Because it was bounded by the best Matchmaker Allah Himself. This is comforting for me to remember because eventually I will have to say goodbye and return to Indonesia. I still have a few months left here in Egypt In Syaa Allah, and I am intending to make full use of it. Not just to spend time with places I love to explore, but to use this chance to make sure I'm not far from Him. 

    Kenyataan yang terjadi saat menjalani hidup di Mesir adalah apapun jalan yang nantinya aku ambil, merupakan pilihan yang aku ambil. Tidak ada paksaan sama sekali ataupun aturan baku untuk mengikuti satu kegiatan khusus. Ingin seperti apa aku, ya begitulah akhirnya beberapa hal yang aku lakukan. Jika tidak keluar dari rencana, terhitung hanya hitungan jari aku akan kembali pulang ke Tanah Air dan melanjutkan seluruh kehidupanku disana. Itu artinya, sudah berapa puluh purnama yang terlewati selama aku berada di sini?

Apakah sejauh ini aku sudah mendapatkan apa yang aku cari sejak pertama menginginkan hadir disini?

Apakah jalan yang aku lalui disini benar mengantarkan pada tujuan yang kumaksud?

Apakah pernah ada penyesalan terhadap satu atau lebih bahkan tindakan yang pernah aku lakukan selama hidup di Mesir?

Apakah masih banyak hal yang belum aku kerjakan sama sekali?

    Beberapa pertanyaan yang bermulakan "Apakah" di atas tidak sama sekali perlu untuk aku jawab. Karena jawaban atas tanya tersebut sudah terjawab seiring bagiamana aku kini berada. Dan aku menulis postingan ini bukan untuk mengurai jawabnnya. Aku ingin sedikit berbagi keluh dan kesah yang semestinya tidak aku keluhkan. Well, if you guys know what I mean!

    I realised. I'm not the type of talaqqi person. Stigma yang seharusnya melekat kuat yang ada pada diri Azhari sejati. idealnya sih begitu. But. I'm not gonna blame my self even I wasn't being of that. Cause I'm the only one who decided to be like me, here I am. Tapi nggak papa, aku sama sekali nggak meninggalkan bangku kuliah meskipun tetap ada banyak absen yang  terlewat entah dengan berbagai alasan yang rasional hingga alasan yang sangat buruk. Misalnya, malas untuk pergi ke kampus or some stuffs that  distracted me. Whatever!!

    Tapi aku juga bukan orang yang sama sekali meninggalkan Majlis Ilmu. Ada di beberapa kesempatan yang disitu aku bisa dan memiliki niatan untuk hadir, aku pastikan aku ada disana, duduk, mendengarkan dengan baik, mencatat beberapa hal yang penting, dan mengikutinya hingga akhir pertemuan. Bahkan saat aku rasa malas tidak singgap menyapa, aku akan membuat catatan untuk mengulas materi yang tadi aku pelajari. Pada posisi itulah, seringkali aku berpikir "Dari materi yang disampaikan, mungkin pembahasan yang bisa aku serap dengan baik tidak lebih dari 50%. Lantas apa yang membuatku tetap harus memaksakan diri dengan meluangkan waktu untuk ke majlis ilmu? Jangankan di Majlis Ilmu, to brutally honest aku yang sudah duduk di tingkat akhir bangku kuliah seringkali kesusahan mendegarkan penjelasan materi kuliah yang disampaikan oleh Para Dukturah di Kampus.

    Aku memutuskan untuk tidak berhenti hanya karena bisikan suara tersebut. Aku punya alasan kenapa aku terus bertahan dengan semua ini. Jujur, sampai detik ini aku masih merasa kesusahan dalam belajar, belum mengerti bagaimana cara yang tepat dan efisiensi dalam menyerap materi yang disampaikan dengan bahsa Arab langsung oleh Para Masyayikh ataupun Para Guru besar yang pakar di bidangnya. Karena aku punya tujuan selama ini, aku ingin mengerti agamaku. Meski bertahun-tahun aku belajar bahasa Arab dan masih saja merasa kesusahan hingga hari ini, tapi aku nggak boleh berhenti kan? Aku sama sekali nggak punya alasan untuk mundur.

    Aku nggak mau kesempatan yang aku punya dengan tinggal dan hidup berbaur langsung dengan orang-orang Mesir ini hilang begitu aja. Karena suatu hari aku akan pulang dan kembali. Waktu yang aku punya hanya sebentar, dan nggak lama. Jadi apapun kegiatan yang aku lakukan, ya itu seutuhnya atas dasar kesadaranku utnuk memilih hal tersebut. Sedangkan waktu terus berjalan, jatah waktu semakin menipis, ya harus melakukan sebisa mungkin bukan?


Kayoubi, Sangatsu-ichi-Ni Sen Ni Juu Ni

Nasr City, Cairo

21.21 clt

Comments

Popular Posts