Skip to main content

Coretanku

Arash Khalefa Haqiqi

 Helloo.. I'm back. Semoga platform ini belum bersarang karena sudah lama ditinggal oleh pemiliknya. Pun berharap pembaca setianya belum pergi menuju antah berantah. Dunia menulis yang sudah sangat kurindukan. Kembali menjadi diriku dengan versi yang sepi dan sendiri. My latest update. Satu bulan dua puluh tiga hari menjadi ibu. Tubuhku benar-benar bukan milikku lagi. Ada sebagian dari aku yang kini menjadi milik manusia kecil yang juga tercipta dari sebagian tubuhku. Menjadi sosok baru yang sedang bertumbuh. Senang dan penuh haru rasanya menjadi sosok ibu baru. Tapi juga rasanya seperti ada kepingan mimpi lainnya yang semakin bias. Seperti sudah menjadi skenario paten di dunia ini bahwa yang datang akan pergi. Yang menetap, membuat yang tadinya ada akan beranjak meninggalkan. Aku kehilangan dunia lamaku, berganti menjadi bahwa dirikulah dunia bagi anakku. Jari-jari kecil yang saat ini sudah mulai belajar meraih dan menggenggam tanganku. Mata kecil yang berbinar menatapku dengan ta...

Ketika hidup bersama menjadi masalah

Namanya juga manusia, makhluk sosial katanya. Makhluk yang akan selalu membutuhkan orang lain dalam hidupnya. Kita selalu membutuhkan orang lain dalam pemenuhan kebutuhan hidup dan lain sebagainya. 

Begitu juga kita sebagai Mahasiswa Di Mesir yang tinggal di flat tentunya harus berbagi kehidupan. Dalam hal ini kita tidak hanya share kamar tidur, toilet, dapur, ruang berkumpul dan semua sisi tempat tinggal kita harus dipukul rata. Tapi disini kita juga dituntut untuk bisa berbagi rasa. 

Memilih hidup satu atap dengan banyak manusia yang memiliki warna-warni karakter yang pastinya berbeda membutuhkan banyak maklum. Tidak hanya meminta untuk dimengerti namun juga saling memberi pengertian. Karena perlu menjadi pengertian, bahwa tidak semua orang memiliki satu jalur pikiran yang sama. Bisa jadi, apa yang ada dipikiran kita tidak pernah menjadi pikiran mereka dan apa yang ada dalam bayangan kita tida pernah sama sekali dibayangkan oleh mereka.

Ada yang suka sekali bersih, tapi ada yang justru kurang peduli. Yang satu maunya beres-beres tiap hari, sedang yang lain maunya jatah piket sehari. Ada juga yang suka sepi, malah teman sering rame sendiri. Jadilah tinggal satu rumah tapi ribut setiap waktu. Mulailah konflik antar kawan bermunculan. Sering ribut dan adu mulut, ujung-ujungnya disimpan sendiri dan berbuah sakit hati. Jadi siapa yang salah?

Dalam kondisi seperti ini tidak ada yang harus maju kedepan berteriak diri sendiri yang benar dan mulai menyalahkan kawan. Duduk tenang dan kembali berpikir positif. Ingatlah bahwa tidak ada manusia yang sama. Kita tidak bisa memaksa teman siapapun untuk menjadi apa yang kita mau. Tidak bisa terus merayu orang lain agar mengerjakan hal yang sama persis kita lakukan.

Jika kita tidak suka rumah kotor semisal, maka membereskan rumah menjadi hal yang sering dilakukan sendirian. Jangan paksakan kawan lainnya berbuat hal yang sama. Meski terkadang menyimpan hati yang berat dengan perlakuan yang tidak searah. Percayalah, kebaikan sekecil apapun yang dilakukan secara ikhlas Tuhan tidak membiarkannya tertinggal tanpa ganjaran.

Solusi lainnya, mari kita duduk bersama dan saling berkomunikasi. Utarakan banyak hal yang tersimpan dan menjadi uneg-uneg selama ini. Jika satu hal ditinggalkan tak diselesaikan tanpa komunikasi justru menambah masalah baru lainnya. Perbesar rasa pengertian antar kawan dan saling memahami itu kuncinya.



Hayy Asyir, 26 September 2019
16.36 clt

Comments

Popular Posts