Skip to main content

Coretanku

Arash Khalefa Haqiqi

 Helloo.. I'm back. Semoga platform ini belum bersarang karena sudah lama ditinggal oleh pemiliknya. Pun berharap pembaca setianya belum pergi menuju antah berantah. Dunia menulis yang sudah sangat kurindukan. Kembali menjadi diriku dengan versi yang sepi dan sendiri. My latest update. Satu bulan dua puluh tiga hari menjadi ibu. Tubuhku benar-benar bukan milikku lagi. Ada sebagian dari aku yang kini menjadi milik manusia kecil yang juga tercipta dari sebagian tubuhku. Menjadi sosok baru yang sedang bertumbuh. Senang dan penuh haru rasanya menjadi sosok ibu baru. Tapi juga rasanya seperti ada kepingan mimpi lainnya yang semakin bias. Seperti sudah menjadi skenario paten di dunia ini bahwa yang datang akan pergi. Yang menetap, membuat yang tadinya ada akan beranjak meninggalkan. Aku kehilangan dunia lamaku, berganti menjadi bahwa dirikulah dunia bagi anakku. Jari-jari kecil yang saat ini sudah mulai belajar meraih dan menggenggam tanganku. Mata kecil yang berbinar menatapku dengan ta...

waiting for

Singgasana Rumah Bintang, 22 April 2019
19.52 clt
(menanti malam)


Finally.. tinggal menunggu hitungan hari. Tiga kali postingan lagi menuju 200 posts. Menulis itu mudah, tapi tetap istiqomah menulis itu yang perlu dipertahankan. Aku tidak memiliki bakat menulis, tapi tulisan adalah nafas buatku. Aku telah berkawan lama dengan pena dan kertas, jauh sebelum ada banyak media untuk menuangkannya. Telah berikrar untuk tidak akan berhenti menggoreskan sebuah tulisan. Meski belum dapat disebut karya. Setidaknya akan menjadi sebuah sejarah.

Mungkin benar, tulisan akan menjadi gambaran singkat tentang penulisnya. Tapi jangan simpulkan apapun tentangku melalui tulisan yang kubuat. Ada banyak hal yang tak kusebutkan dalam tiap baris kalimatnya. Ada ribuan kisah yang kuabadikan, tapi juga terselip jutaan memori yang kusimpan sendiri. 

Sedikit aku mengingat, kala itu ujian akhir KMI. Proses penentuan nilai hasil studiku selama 4 tahun. Jika belajar adalah makanan sehari-hari, bagiku tetap menulis adalah nafas yang lebih tak bisa ditinggalkan. Aku menyempatkan mencipta sebuah puisi juga sebuah artikel yang sangat ingin kusampaikan kepada seluruh warga pondok. Maka ditengah kesibukanku dengan buku tebal berjilid-jilid aku tetap menulis. Sempat ragu ketika aku menyerahkan hasil karyaku kepada Ustadzah pembimbing publikasi, aku sudah pasrah jika akhirnya karyaku ditolak.

Dan benar, beliau sempat sedikit memarahiku karena posisiku saat itu yang tengah bertempur dengan ujian. Masih sempat menyibukkan diri dengan menulis hal lain selain ujian. Tapi begitulah, aku yang bandel dengan tetap memohon untuk meyerahkan karya tersebut  Pada akhirnya beliau luluh, karyaku tetap diterima dengan segala pertimbangan. Aku bersyukur, tulisan yang pada dasarnya hanya sebuah curahan hati akhirnya lulus editing dan berhasil masuk dalam jajaran tulisan lainnya. 

Hanya dengan itulah aku bisa menyampaikan sebuah pesan ataupun hal lainnya. Aku bukan seorang yang pandai ataupun cerdas, aku hanya bisa bercerita melalui tulisan. Hanya dengan bermain kalimatlah hatiku tenang. Setidaknya, ada setitik pesan yang mampu kucurahkan. Aku tak butuh pujian ataupun ungkapan mengesankan dari orang lain. Hanya sebuah penerimaan dan hati yang lapang dada itu yang membuatku yakin akan satu hal.



Terus menulis dan abadilah sejarah..


Comments

Popular Posts