Singgasana Rumah Bintang, 22 April 2019
19.52 clt
(menanti malam)
Finally.. tinggal menunggu hitungan hari. Tiga kali postingan lagi menuju 200 posts. Menulis itu mudah, tapi tetap istiqomah menulis itu yang perlu dipertahankan. Aku tidak memiliki bakat menulis, tapi tulisan adalah nafas buatku. Aku telah berkawan lama dengan pena dan kertas, jauh sebelum ada banyak media untuk menuangkannya. Telah berikrar untuk tidak akan berhenti menggoreskan sebuah tulisan. Meski belum dapat disebut karya. Setidaknya akan menjadi sebuah sejarah.
Mungkin benar, tulisan akan menjadi gambaran singkat tentang penulisnya. Tapi jangan simpulkan apapun tentangku melalui tulisan yang kubuat. Ada banyak hal yang tak kusebutkan dalam tiap baris kalimatnya. Ada ribuan kisah yang kuabadikan, tapi juga terselip jutaan memori yang kusimpan sendiri.
Sedikit aku mengingat, kala itu ujian akhir KMI. Proses penentuan nilai hasil studiku selama 4 tahun. Jika belajar adalah makanan sehari-hari, bagiku tetap menulis adalah nafas yang lebih tak bisa ditinggalkan. Aku menyempatkan mencipta sebuah puisi juga sebuah artikel yang sangat ingin kusampaikan kepada seluruh warga pondok. Maka ditengah kesibukanku dengan buku tebal berjilid-jilid aku tetap menulis. Sempat ragu ketika aku menyerahkan hasil karyaku kepada Ustadzah pembimbing publikasi, aku sudah pasrah jika akhirnya karyaku ditolak.
Dan benar, beliau sempat sedikit memarahiku karena posisiku saat itu yang tengah bertempur dengan ujian. Masih sempat menyibukkan diri dengan menulis hal lain selain ujian. Tapi begitulah, aku yang bandel dengan tetap memohon untuk meyerahkan karya tersebut Pada akhirnya beliau luluh, karyaku tetap diterima dengan segala pertimbangan. Aku bersyukur, tulisan yang pada dasarnya hanya sebuah curahan hati akhirnya lulus editing dan berhasil masuk dalam jajaran tulisan lainnya.
Hanya dengan itulah aku bisa menyampaikan sebuah pesan ataupun hal lainnya. Aku bukan seorang yang pandai ataupun cerdas, aku hanya bisa bercerita melalui tulisan. Hanya dengan bermain kalimatlah hatiku tenang. Setidaknya, ada setitik pesan yang mampu kucurahkan. Aku tak butuh pujian ataupun ungkapan mengesankan dari orang lain. Hanya sebuah penerimaan dan hati yang lapang dada itu yang membuatku yakin akan satu hal.
Terus menulis dan abadilah sejarah..
Comments
Post a Comment