Skip to main content

Coretanku

Arash Khalefa Haqiqi

 Helloo.. I'm back. Semoga platform ini belum bersarang karena sudah lama ditinggal oleh pemiliknya. Pun berharap pembaca setianya belum pergi menuju antah berantah. Dunia menulis yang sudah sangat kurindukan. Kembali menjadi diriku dengan versi yang sepi dan sendiri. My latest update. Satu bulan dua puluh tiga hari menjadi ibu. Tubuhku benar-benar bukan milikku lagi. Ada sebagian dari aku yang kini menjadi milik manusia kecil yang juga tercipta dari sebagian tubuhku. Menjadi sosok baru yang sedang bertumbuh. Senang dan penuh haru rasanya menjadi sosok ibu baru. Tapi juga rasanya seperti ada kepingan mimpi lainnya yang semakin bias. Seperti sudah menjadi skenario paten di dunia ini bahwa yang datang akan pergi. Yang menetap, membuat yang tadinya ada akan beranjak meninggalkan. Aku kehilangan dunia lamaku, berganti menjadi bahwa dirikulah dunia bagi anakku. Jari-jari kecil yang saat ini sudah mulai belajar meraih dan menggenggam tanganku. Mata kecil yang berbinar menatapku dengan ta...

CERPEN- Si cantik Mei

 "That's why a lot of people love her"

"Yaa.. Aku belum pernah menemui seseorang sepertinya, ia sempurna dengan ketidak sempurnaan yang ia miliki. Sepanjang hidup, ia mendedikasikan dirinya untuk orang lain." Rana, sahabat terdekat Mei mengenang kebaikan perempuan berhijab tersebut. Kini ia tengah bercakap-cakap dengan Bastian, lelaki yang baru saja menjadi pasangan hidupnya. Namun sayang, kebahagiaan yang bahkan lebih singkat dari umur jagung. Tenda acara pernikahan bahkan belum sempat diturunkan, Mei telah pulang untuk selamanya. Namanya hanya akan terkenang dalam sepotong nisan di atas pekuburannya.

"Kehilangan selalu menjadi bagian terburuk yang sangat sulit untuk aku lalui. Saat akhirnya aku menemukan separuh dari jiwaku, namun Tuhan lebih menyayanginya. Ia pergi disaat gelora rasa ini berada pada puncak cinta yang aku miliki. Bahkan saat tak ada seorang pun manusia di muka bumi ini yang mengatakan ia seorang perempuan yang cantik. Tapi aku menjadi satu-satunya lelaki yang memuja kecantikan hatinya. Mungkin Mei tidak menarik secara fisik, namun aku melihat dengan mata hatiku bahwa ia lah gadis tercantik yang aku temui"

"Hati manusia tidak bisa berbohong Bas, kebaikan hatinya juga tak pernah diingkari oleh siapapun. Tapi kenapa waktu yang Tuhan berikan begitu singkat?" Mei masih menerawang ke langit senja, menerka-nerka mengapa kiranya manusia baik selalu Tuhan inginkan kehadirannya pulang lebih cepat.

"Entahlah, mungkin dunia sudah tak lagi menjadi tempat yang suci bagi Mei, dunia terlalu kotor untuk perempuanku itu. Aku bersyukur, setidaknya aku menjadi nama pertama sekaligus terakhir yang berhasil ia ukir dalam hatinya" Bastian tersenyum, seakan ia masih bisa merasakan kehadiran Mei disampingnya.

"Bastian, kebaikan apa dalam hidup Mei yang membuatmu jatuh cinta dengannya? Bukankah ia sering menjadi sosok yang menakutkan bagi anak-anak?"

"Aku tidak pernah ingin mendekati Mei pada awalnya. Tapi pada suatu ketika, saat aku ditugaskan untuk terjun menjadi relawan korban gempa bumi di Sulawesi bertahun-tahun yang lalu. Aku melihatnya, memperhatikan segala hal yanh dilakukannya. Hatinya tulus, meski banyak orang dan anak-anak terutama menolak untuk dibantu olehnya karena wajah Mei yang sangat mengerikan. Tidak terlihat sedikitpun wajah kecewa atau sakit hati, ia justru tetap sabar membantu para korban bencana alam. Hingga suatu ketika, sang ketua menginstruksikan pada Mei untuk tidak terjun langsung kepada para korban, karena banyak dari mereka yang ketakutan. Ia memilih untuk bekerja di bagian dapur, memasak setiap hari di setiap waktu makan dengan begitu sukarela. Ia membungkus wajahnya dengan topi yang ia gabungkan dengan kain-kain agar tak terlihat oleh orang lain.

Pada suatu kesempatan, aku mendekatinya dan menanyakan penyebab wajahnya menjadi rusak seperti itu. Ia tanpa ragu menjelaskan padaku. Sebuah musibah kebakaran hebat yang menghabisi nyawa seluruh keluarganya. Ia menjadi satu-satunya korban selamat dalam peristiwa tersebut. Saat itu ia masih berusia kurang dari dua belas tahun. Luka bakar serius membuat struktur wajahnya berubah akibat percikan api yang begitu dahsyat. Bertahun-tahun ia lalui dengan pengobatan seadanya, mengandalkan bantuan dari orang-orang baik yang berderma untuknya.

Ia akhirnya tumbuh menjadi sosok yang sangat kuat. Ia berjanji untuk mendedikasikan dirinya kepada siapapun yang harus ditolong. Ketulusan hatinya yang pada akhirnya membuat banyak orang takjub dengan Mei. Gadis yang kehilangan satu matanya dan mebuat wajahnya menjadi sangat mengerikan.. " Cerita Bastian terhenti, ia seperti tak sanggup. Rana pun mengerti dan meminta teman lekainya itu untuk tak melanjutkan cerita.

Bas mengeluarkan selembar foto yang terlihat usang. Disana ada sebuah foto keluarga, dengan pose ayah dan ibu yang tengah dengan duduk di atas kursi. Disamping kanan ada seorang lelaki remaja berbadan tegap dengan gurat wajah yang tampan. Sedang disamping kirinya berdiri seorang gadis mungil kisaran usia sebelas tahun dengan gaun merah muda. Berkepang dua dengan paras yang sangat manis dengan pipi yang kemerahan.

Tanpa Rana bertanya ia mengerti, gadis kecil dalam selembar foto yang Bastian sodorkan adalah wajah asli Mei belasan tahun yang lalu sebelum kejadian mengerikan itu terjadi. Jika saja musibah itu tak pernah ada, mungkin Mei akan tumbuh menjadi perempuan dewasa yang sangat cantik hari ini. Namun Tuhan berkata lain, ia ingin agar kecantikan wajahnya juga diiringi oleh kecantikan hati yang hanya bisa dilihat oleh lelaki tulus, dan Bastian lah orangnya.


-END-

Comments

Popular Posts