Search This Blog
Sebuah catatan hati yang terserak. Hello.. I'm Wildah Binashrillah. I just commited to serving you to become the best version of your-self and only writing down the thoughts of the moment because every word has its limits. Hanya bisa menulis sebuah tulisan sederhana, bukan penulis yang tahu segalanya.
Coretanku
- Get link
- X
- Other Apps
Cerbung (final part)
Setelah beberapa saat terpejam, aku membuka mata. Masih terdapat banyak orang yang mengelilingiku dengan satu loyang kue ultah lengkap dengan lilin angka dua puluh lima. Sesuai dengan angka umurku di tahun ini. Aku sempat nampak bingung, aku memastikan sekali lagi bahwa ini dunia nyataku. Terlihat celingukan dengan melihat pakaian kantorku sembari mengelus rambut panjang kemerahan yang kugerai. Dalam hati aku menarik nafas lega. Syukurlah.
Teman-teman kantorku nampak sedikit bingung dengan perubahan gerak-gerikku. Satu diantaranya memberikan isyarat agar aku segera memotong kue ultah dan memberikan pertama kalinya pada seseorang yang kuanggap istimewa. Sepertinya ada satu dari mereka yang berharap. Kurasa.
Potongan kue pertama sudah kupotong dan kuletakkan di atas piring kecil untuk siap kuberikan pada seseorang yang kuanggap istimewa disini. Namun sesaat sebelum itu aku mendengar seseorang memanggilku. Suaranya terdengar tak asing, namun aku ragu.
"Amira!!" Sosok itu memanggil nama serta melambai kepadaku.
Aku segera menoleh dan kucermati sekali lagi. Benar saja, ialah Namtan sahabat lamaku. Sahabat lama sejak kecil yang dulunya sangat dekat denganku bagai saudara. Ia juga yang lima tahun lalu datang menghampiri memberi kabar bahwa Gun mengalami peristiwa naas yang membuatnya lumpuh total selama sisa hidupnya. Dan sekarang aku tidak hanya melihat sosok Namtan, namun juga Gun yang berada di sampingnya mendekap bahunya berjalan beringinan menemuiku.
Aku sempat terkejut dengan kondisi Gun. Ia bisa berjalan dan nampak sehat. Tak ada satupun cacat yang kulihat ada pada dirinya. Akupun kembali bertanya-tanya, apakah perjalanan dengan mesin waktu yang baru saja terjadi telah berhasil menyelamatkan Gun di masa lalu? Apakah itu artinya misiku untuk menyelamatkannya sukses sehingga ia tidak mengalami kelumpuhan total seperti yang dikabarkan oleh Namtan? Apa ini juga berarti aku akan terbebas dari perasaan merasa bersalah seumur hidup?
Namtan mendekatiku perlahan, melepaskan satu dekapan tangan di bahu oleh Gun. Ia segera memelukku erat dengan derai air mata. Aku sempat berpikir, bahwa ia aku berterima kasih padaku karena pada akhirnya aku mampu merubah takdir terhadap Gun. Tangisku pun pecah, lantas membalas pelukan erat oleh Namtan sahabat kecilku yang sudah lama tidak berjumpa.
Dengan tangis terisak, Namtan membuka suara memberi sebuah penjelasan panjang tentang keadaan Gun yang sebenarnya selama ini.
"Amira.. Maafkan aku, aku bukan sahabat baik untukmu. Aku adalah seorang pembohong besar. Setelah ini kau boleh membenciku sedalam yang kau mampu"
Pelukan erat itu terlepas, aku tidak mengerti dengan ucapan Namtan. Aku juga ingin segera mengatakan bahwa aku berhasil melalukan perjalanan ke masa lalu dengan mesin waktu.
"Kau mungkin tidak pernah menyadari Amirah, bahwa sahabat yang selama membersamaimu ini menyimpan sebuah rahasia besar. Sejak kecil kita bertiga bersama, melewati masa anak-anak hingga beranjak remaja. Kita melewati banyak waktu hingga tumbuh bersama. Namun sebagaimana kisah yang sudah berulang kali ada, persahabatan antara lelaki dan perempuan itu mustahil tidak dibumbui oleh romansa anak muda. Pada akhirnya, semua orang tahu, bahwa Gun memiliki perasaan lebih terhadapmu. Dan itu aku tahu.
Namun apakah kau menyadarinya Amirah? Dunia seringkali memberi ketidak Adilan, Gun memilihmu untuk dicintai, sedangkan rasa itu tak terbalas olehmu. Dan jauh di dalam dasar hati, aku yang memiliki perasaan lebih dari sekedar sahabat kepada Gun. Bukankah ini klise? Kita bertiga terjebak dalam drama cinta segitiga yang lucu.
Waktu berjalan, Kau memilih untuk menjauh dari kehidupan Gun. Iapun berusaha untuk melupakanmu, namun kau tak pernah tahu apa yang terjadi dengan kehidupannya. Aku yang memang menyimpan harap padanya tak ingin putus asa. Cinta Gun bertepuk sebelah tangan padamu, dan aku tidak ingin begitu. Aku membersamai Gun sepanjang yang bisa aku lakukan. Aku pergi ke bangku SMA yang sama, bahkan hingga bangku Universitas aku usahakan agar aku bisa tetap dekat dengannya. Aku ingin suatu hari ia melupakanmu dan mencoba merasakan bahwa cinta yang tulus untuknya begitu dengan. Yaitu aku, Namtan sahabat sejak kecilnya.
Selama hampir tujuh tahun kita bertiga terpisah. Kau memiliki dunia barumu Amirah. Sedang aku masih tetap berdua bersama Gun, kayaknya dua sahabat pada umumnya. Gun tetap sekedar Menganggapmu sebagai teman, tidak lebih dari itu. Bahkan sepanjang itu ia tetap mencari tahu keadaanmu Amirah. Dia selalu ingin tahu apa yang sedang kau lakukan. Bahkan diam-diam ia selalu mencari cara bisa membantumu apapun itu. Meski dengan jarak yang cukup jauh. Tanpa pernah kau mengetahuinya sama sekali.
Kau tahu bagaimana perasaanku saat itu? Aku merasa begitu kasihan pada diriku sendiri? Sebegitu tidak pantaskah cintaku untuk Gun sehingga tak bersambut sedikitpun? Teori bahwa cinta itu ada seiring dengan waktu yang dihabiskan bersama tidak sama sekali berlaku untukku. Aku kehabisan cara untuk membuat Gun berpihak padaku, namun juga tak kuasa untuk mengungkapkan yang sesungguhnya. Aku hanya ingin Gun bisa merasakannya secara alami tulus dariku. Tapi semuanya terasa sia-sia.
Hingga ide gila itu muncul, tepat di usia ke dua puluh. Aku masih ingat tanggal lahirmu Amirah. Untuk itulah aku memberimu sebuah kejutan. Aku sempat terkejut juga dengan tampilan baru darimu yang menanggalkan kerudng sebagai penutup mahkota yang kau miliki. Hal itu membuatku semakin yakin akan rencana tersebut berhasil.
Aku bertemu denganmu dengan membawa sebuah kabar tentang Gun. Bahwa ia pernah melakukan percobaan bunuh diri dengan cara menabrakkan dirinya di persimpangan jalan raya besar dekat sekolah SMP kita dulu. Aku memberikan detail cerita yang membuatmu semakin yakin akan kabar palsu tersebut.."
"Kenapa kau lakukan itu Namtan?!" Aku menyela ucapannya di tengah penjelasan yang ia beberkan.
"Dengarkan aku dulu Amira, ceritaku belum usai! Kau akan mendapatkan semua jawabannya di akhir kisah. Kumohon bersabarlah, tentang mesin waktu yang kau ucapkan barusan juga akan memberik sebuah titik terang. Inti dari semua kejadian yang menimpa kita bertiga"
Namtan melanjutkan ceritanya.
"Aku membuat cerita bohong, mengarang banyak potongan kejadian agar membuatmu menyesal telah membuat hati lelaki yang kucintai bersedih. Dan aku ingin membuat Gun berhenti melakukan segala hal untukmu dengan menambah cerita palsu pula. Aku memberi bukti dengan sebuah foto dirimu yang menanggalkan hijab kepadanya. Dan menambahkan cerita palsu lainnya bahwa kau telah menjadi wanita jalang simpanan lelaki hidung belang. Hal inilah yang akhirnya menguatkan Gun untuk menyerah terhadapmu, dan mencari sosok wanita lain yang baik di hidupnya.
Waktu berjalan, hal tersebut justru membuatku terbayang-bayang pada perbuatan buruk yang sudah kulakukan. Di satu sisi, aku mendapatkan apa yang kuinginkan. Aku yang tidak pernah sedikitpun meninggalkan Gun mulai mendapatkan hatinya perlahan. Secara bertahap, Gun mulai mengerti bahwa aku menyimpan rasa. Dan butuh waktu hampir lima tahun ini pada akhirnya Gun sendiri yang menyatakan keinginannya padaku utnuk membersamai sisa hidupnya di masa yang akan datang.
Apakah aku senang? Pasti.. tentu saja aku senang, penantian ku pada sahabat yang aku jatuh cinta padanya sejak kecil terbalaskan.
Namun di sisi lain, hati kecilku tidak terima. Cintaku pada Gun memiliki kebusukannya tersendiri. Aku membuatnya mencintaiku dengan cara yang tidak benar. Dan di sisi lainnya, aku menghantui sahabatku sendiri dengan perasaan bersalah yang sama sekali tidak harus ia rasakan. Untuk itulah kuputuskan, beberapa Minggu sebelum acara pernikahan digelar, aku harus mengakui semuanya pada Gun. Ia sendiri yang nantinya akan memutuskan apakah akan melanjutkan rencana pernikahan kita atau tidak."
Namtan berhenti sejenak, kulihat matanya sembab. Gun yang berada disampingnya hanya menunduk sembari mengusap halus punggungnya.
Gun lantas mengambil alih pembicaraan, ia meneruskan kebenaran kisah tersebut.
"Ini mungkin ada kaitannya dengan mesin waktu yang baru saja kau jelajahi Amira. Mesin waktu tidak benar-benar ada. Kau tidak pernah sekalipun kembali ke masa lalu, masa dimana aku pertama kali menyatakan cinta padamu di usia 14 tahun. Aku tidak juga melakukan percobaan bunuh diri hanya karena mendapatkan penolakan darimu. Apa yang kau rasakan, hanya sebuah khayalan. Buah pikiranmu selama ini yang terus terbayang-bayang oleh rasa penyesalan yang begitu dalam terhadapku.
Percayalah, tidak ada manusia yang benar-benar dapat mengubah takdir di dunia ini. Garis Tuhan tidak dapat dilampaui oleh manusia terhebat sekalipun. Bahkan jika Namtan saat itu memiliki kesempatan melakukan perjalanan dengan mesin waktu, mungkin ia akan memilih untuk pergi ke masa depan. Memastikan apakah dirinya akan dipersatukan denganku.
Dan hei, sekarang lihatlah. Bahkan jika kau dapat menggunakan mesin waktu untuk mencegahku mengubah percobaan bunuh diri itu benar. Aku masih ada hingga saat ini, bukan karena kembalinya kamu ke masa lalu. Semua ini terjadi karena kesalah pahaman semata.
Kita hanya butuh untuk selalu menjadi orang baik Amirah. Agar tidak selalu gegabah dalam membuat suatu tindakan. Bahwa rasa penyesalan itu ada hanya bagi orang-orang yang berbuat keburukan. Aku meneriman Namtan dengan tulus, juga karena Tuhan yang mentakdirkanku dengannya.." Gun mengakhiri penjelasannya dengan senyum yang begitu tulus.
Namtan disampingnya masih tampak gelisah dengan sisa tangis yang membuat wajahnya merah. Pun begitu aku, perjalanan ini membuatku mengerti tentang garis takdir Tuhan.
"Ehmm.. Amirah, ngomong-ngomong. Aku rindu dengan kamu yang dulu dengan jilbab yang biasa kau pakai dengan Bros biru kecil.." Gun berucap dengan pandangan mata yang beralih menuju dua bola mata Namtan.
Aku yang mendengarnya hanya mengangguk perlahan dan menyematkan beberapa helai rambut ke atas telinga. Kalimatnya sederhana, namun menusuk jauh ke lubuk jiwa.
-THE END-
- Get link
- X
- Other Apps
Comments
Post a Comment