Search This Blog
Sebuah catatan hati yang terserak. Hello.. I'm Wildah Binashrillah. I just commited to serving you to become the best version of your-self and only writing down the thoughts of the moment because every word has its limits. Hanya bisa menulis sebuah tulisan sederhana, bukan penulis yang tahu segalanya.
Coretanku
- Get link
- X
- Other Apps
He was kid once
Aku pernah melihat salah satu cuplikan video di salah satu kanal YouTube. Video tersebut bercerita tentang seorang anak lelaki dengan ibunya yang berusia paruh baya.
Adegannya berada di sebuah supermarket besar. Sang ibu beserta anak lelaki kecilnya berkeliling mengambil beberapa list belanjaan yang harus mereka beli. Sang anak yang masih berusia sekitar di bawah lima tahun terlihat lihai bergerak kesana kemari dengan gesitnya. Mengambil banyak barang yang mereka butuhkan. Sedang sang ibu bertugas mendorong kereta belanja mereka dan membantu merapikan belanjaan yang di masukkan sang anak ke dalamnya.
Tampak di adegan tersebut, sang ibu hanya tersenyum memperhatikan putra kecilnya bersemangat berbelanja untuknya. Seperti sebuah hal yang tampak sudah lama sekali tak ia lakukan bersama buah hatinya tersebut. Sedang sang anak tetap melakukan tugasnya melihat daftar belanjaan yang harus dibeli dan bergerak mencari tempat dimana barang-barang tersebut ditempatkan.
Di akhir video, putra sang ibu yang tadinya seorang bocah lelaki kecil berubah menjadi pria dewasa yang sudah berusia matang. Nampak dari posturnya sudah terlihat mapan dan berusia hampir tiga puluh tahunan.
Daftar belanjaan yang harus ia beli sudah sepenuhnya lengkap berada di dalam kereta belanja. Kini saatnya membayar, ia menolak saat sang ibu memberinya uang untuk dibayarkan ke bagian kasir. Ia hanya tersenyum dan memberi isyarat dengan memperlihatkan dompet yang baru ia keluarkan dari saku celananya.
Lantas keduanya keluar dengan kereta belanja yang penuh berisi kantong-kantong barang yang mereka beli. Kemudian keduanya bergegas kembali ke mobil dan sang anak alias pria dewasa tadi memasukkan seluruh belanjaan ke dalam mobil.
Di akhir video seakan menjadi jawaban mengapa bocah kecil yang membersamai ibu tersebut berubah menjadi pria dewasa. Dengan maksud yang sama, bahwa kedua peran si anak kecil dan pria dewasa tadi ialah buah hati dari sang ibu.
Sang ibu selalu menganggap bahwa anak lelakinya tetap seperti bocah kecil di hadapannya. Meski ia harus tersadar bahwa anaknya telah tumbuh dewasa dan kini telah mampu memberinya nafkah sebagaimana suaminya dulu bekerja keras untuk keluarga.
Begitulah bagaimana ibu merawat dan membersamai buah cintanya. Meski waktu menggilas masa kecil sang anak dan terus bertumbuh menjadi sosok yang dewasa. Namun di mata batin yang ibu lihat adalah anaknya akan tetap permata berharga dan akan selalu menjadi bocah kecil. Tak peduli sebesar apapun jabatan sang anak di kemudian hari. Bayi kecil mereka tetaplah jantung hati baginya.
~°°~
Semakin hari aku mulai banyak memerhatikan. Bahwa lelaki dewasa sekalipun tetap bayi kecil bagi ibunya, bahkan jika ia sudah menikah dan memiliki perempuan lain selain ibunya. Itulah mengapa Islam tetap meletakkan bakti pertama seorang anak lelaki berada pada ibunya meski ia telah beristri.
Tak ada seorangpun di dunia ini yang mampu menggeser posisi pertama seorang ibu bagi anak lelaki. Sampai kapanpun itu. Ibunya tetap menjadi perempuan satu-satunya yang tidak dapat mengalihkan besarnya cinta dan kasih untuk sang anak.
Aku masih ingat beberapa tahun yang lalu. Saat usiaku masih belasan. Masih berusia remaja, mungkin sekitar lima belas tahun. Sedang Abiku saat itu berusia lima puluh tahunan.
Suatu hari Abi jatuh sakit. Beliau yang kukenal adalah lelaki pekerja keras dan tidak gampang jatuh sakit. Pola hidupnya teratur mulai dari menghindari makanan tidak sehat serta rutin berolahraga di setiap harinya.
Jiddan, sebutan untuk nenek. Saat itu beliau masih ada, belum pergi meninggalkan kami selamanya. Mendengar kabar bahwa sulung dari 11 anaknya sakit. Mungkin karena kelelahan dan memang butuh istirahat lebih. Jiddah datang menyempatkan diri dari rumahnya dan membawa beberapa makanan yang memang Abi suka.
Pertama kali dalam hidupku, aku melihat kedekatan antara ibu dan anak lelakinya yang membuatku tersentuh. Apalagi Abi bukanlah tipe lelaki yang manja, bahkan pada Umi sekalipun. Namun saat melihat Jiddah datang, Abi merajuk. Aku tidak melihat Bapak dan Nenek di depanku. Melainkan bocah kecil yang sangat manja pada ibunya.
Jiddah mengelus rambut Abi yang hampir memutih seluruhnya. Sedang Abi meletakkan kepalanya di atas paha Jiddah dan berharapnya memijit badannya yang dirasa pegal. Beliau memperlakukan Abiku seperti beliau masih bocah kecil yang belum berusia tiga tahun. Sembari kedua mata Jiddah basah berkaca-kaca, melihat sulungnya lemah karena sakit.
Aku tersentuh. Bahkan seorang Ayah dengan jiwa kuat sekalipun akan tetap tunduk dihapadan ibunya. Itulah mengapa cinta ibu untuk anaknya akan tetap sama. Sebesar apapaun jabatan anaknya kelak, anak tetaplah bayi kecil yang dulu dibesarkan.
- Get link
- X
- Other Apps
Comments
Post a Comment