Skip to main content

Coretanku

Arash Khalefa Haqiqi

 Helloo.. I'm back. Semoga platform ini belum bersarang karena sudah lama ditinggal oleh pemiliknya. Pun berharap pembaca setianya belum pergi menuju antah berantah. Dunia menulis yang sudah sangat kurindukan. Kembali menjadi diriku dengan versi yang sepi dan sendiri. My latest update. Satu bulan dua puluh tiga hari menjadi ibu. Tubuhku benar-benar bukan milikku lagi. Ada sebagian dari aku yang kini menjadi milik manusia kecil yang juga tercipta dari sebagian tubuhku. Menjadi sosok baru yang sedang bertumbuh. Senang dan penuh haru rasanya menjadi sosok ibu baru. Tapi juga rasanya seperti ada kepingan mimpi lainnya yang semakin bias. Seperti sudah menjadi skenario paten di dunia ini bahwa yang datang akan pergi. Yang menetap, membuat yang tadinya ada akan beranjak meninggalkan. Aku kehilangan dunia lamaku, berganti menjadi bahwa dirikulah dunia bagi anakku. Jari-jari kecil yang saat ini sudah mulai belajar meraih dan menggenggam tanganku. Mata kecil yang berbinar menatapku dengan ta...

Mini cerpen- Destinasi terakhir

 Suara kereta berdesing, bunyi roda yang bergesekan dengan rel besi mencericit di telingaku. Peluit sudah ditiup kencang pertanda rangkaian gerbong ini akan berjalan. Perlahan meninggalkan stasiun kota sebelum akhirnya berpacu lebih kencang dari kendaraan darat lainnya. Selamat tinggal kota kesayangan, kota beribu kenangan didalamnya.

Diluar hujan turun begitu deras, berlomba dengan suara mesin kereta yang membuatku tak lagi bisa mendengar obrolan orang-orang di dalam gerbong ini. Semua orang sibuk dengan dirinya masing-masing. Menghabiskan waktu untuk menunggu perjalanan sampai tujuan. Semua orang, tidak termasuk aku telah merencanakan kemana mereka akan melanjutkan saat kereta ini berhenti tepat di stasiun akhir nanti. Tidak denganku.

Aku tidak tahu kemana tubuh ini akan melangkah setibanya kereta sampai nanti. Ketika semua orang di dalam gerbong ini ingin segera sampai, aku justru menginginkan kereta ini terus berjalan tanpa batas akhir. Entah kemana saja, biarkan aku tetap di dalam gerbong ini tanpa harus turun.

Dua belas tahun berlalu, seharusnya aku senang karena kembali pulang. Perjalanan yang dirindukan bagi siapapun yang memiliki rumah untuk kembali. Tapi bagaimana denganku? Seseorang yang tak lagi diharapkan, seseorang yang telah lama dilupakan. Seseorang yang semua orang mengira aku tak lagi berwujud di atas muka bumi ini. Seluruh kisah hidupku telah usai dengan selesainya waktuku berjuang di kota tersebut, kota yang menjadi titik awal kereta yang aku naiki ini memulai perjalanan.

Baiklah, mungkin segala sesuatunya memang harus memiliki kata 'usai'. Dan kisahku akan berakhir pada pemberhentian terakhir stasiun nanti.


-END-

Comments

Popular Posts