Search This Blog
Sebuah catatan hati yang terserak. Hello.. I'm Wildah Binashrillah. I just commited to serving you to become the best version of your-self and only writing down the thoughts of the moment because every word has its limits. Hanya bisa menulis sebuah tulisan sederhana, bukan penulis yang tahu segalanya.
Coretanku
- Get link
- X
- Other Apps
If they asked me 'when'?
Bertahun-tahun mengenyam bangku sekolah sejak usia empat tahun, dilanjut lima tahun mengolah diri dalam sistem pendidikan pesantren, ditambah lagi lima tahun berikutnya bertahan di negeri orang. Sekarang Alhamdulillah juga sudah ditempatkan di lingkungan kerja yang itu artinya aku mulai bisa bebas finansial dari orang tua. Sekarang pertanyaan besar nan mencekam itu sudah mulai berdatangan. Kapan nikah? Calonnya sudah datang kah? Sudah dilamar belum? Statusnya sekarang gimana? Pertanyaan yang sangat umum bagi perempuan yang berusia diatas dua puluhan. Kalau aku bisa membalas, "Memangnya saya juga tidak ingin menikah?" Aku rasa pernikahan bagi sebagian perempuan, atau bahkan juga laki-laki menjadi sebuah impian besar yang setidaknya pernah dirasakan sekali seumur hidupnya.
Hmmm, I can't be naive but could I say that purpose of life isn't always about getting married?
Aku berada di usia
seperempat abad dan hidup dalam lingkungan orang-orang pribumi yang sarat akan
adat istiadatnya. Tidak bisa menyalahkan sepenuhnya mereka yang menanyakan
pertanyaan serupa. Seorang perempuan yang sudah selesai dengan masa sekolahnya
dianggap sudah seharusnya menyandang status sebagai seorang “istri”. Menikah, hidup damai dengan mengurus suami dan anak-anaknya. Aku sudah menyimpan banyak maklum untuk itu.
Jangankan orang lain, diri sendiri saja ribuan kali bertanya pada Yang Kuasa,
‘kapan giliranku tiba?’
Seiring usiaku
yang semakin bertambah, dalam beberapa hal aku mulai merasa pikiranku juga ikut
tumbuh mendewasa. Pada masanya, saat usiaku masih di angka belasan, masih sangat belia. Sangat
mendamba untuk menikah di usia muda. Bayangan untuk hidup damai dan tenang sebagai perempuan yang sibuk dengan pekerjaan rumah tangga, memasak dan mengurus anak di rumah. Mungkin kisaran dua puluh satu hingga dua
puluh tiga. Kini, angka yang aku inginkan itu sudah terlewat beberapa tahun di belakang
sana. Aku memaknai kata pernikahan kini tak jauh dari kata rezeki dari-Nya.
Sebagaimana
takdir yang kita tahu, begitu pula dengan rezeki yang bagiannya bahkan sudah
ditentukan jauh sebelum ruh kita ditiupkan ke dunia. Sedangkan esensi rezeki
yang aku pahami juga tak selalu berupa harta dan materi duniawi. Apapun nikmat
yang kita terima, sedikit banyaknya itulah terdapat rezeki yang sudah Allah
bagi sesuai porsinya untuk kita. Tapi tidak artinya juga aku hanya berdiam
diri, aku berusaha dan berikhtiar. Memperbaiki diri juga termasuk dari sebagian
usahanya. Menjemput pasangan juga bukan berarti mengejar laki-laki dalam makna yang sebenarnya.
Mungkin Allah
belum mengirimkannya untukku sekarang, sebab ada banyak hal yang harusnya aku
perbaiki terlebih dahulu. Ada banyak ilmu yang belum aku pelajari sebelum tiba
saatnya nanti. Allah pasti akan beri saat diri ini sudah siap seutuhnya, meski
kata ‘siap’ itu tidak sepenuhnya terukur dalam satuan angka. Berusaha bersabar
dalam kata penantian kini menjadi topik teratas yang dibahas berulang. Agar
saat waktunya tiba, aku bisa menerima seutuhnya dalam kondisi yang bisa aku
pertanggung jawabkan.Membersamai seseorang sehidup sesurga, menjadikan surga selangkah lebih dekat.
Karena
pernikahan adalah proses belajar sepanjang perjalanan. Sebuah ibadah terpanjang
yang tidak bisa dihentikan. Bukan juga tentang siapa yang akan banyak berkorban nantinya.
Menentukan satu nama yang kelak dipilih akan menjadi keputusan terbesar yang
bukan tidak dipikirkan. Aku sedang menjemput saat itu, dengan sebuah roda yang
sedang berputar menujunya. Aku percayakan seutuhnya pada Dzat Yang Paling
Berkuasa atas diri ini. Aku masih terus berdoa, bahwa rezeki ini dan semua
kata tunggu yang aku perjuangkan akan terbayar. Bahkan jika waktu itu tidak
diberi di dunia.
Aku menulis ini, bukan karena aku terburu-buru. Bukan, sungguh bukan!! Tapi sungguh, aku lelah dengan apa-apa yang orang lain tanyakan itu.
رؤية العالم حلم كل شخص لكن رؤيتك حلمي
الوحيد
و لا تقل بأنك تحبني ما لم تعنيه حقا لأنني
قد لأصدقك
كل الأمور على ما يرام في النهاية, إن لم تكن لك, فتلك ليست النهاية
Landungsari,
Dau, Malang
Rabu, 7 Desember
2022
10.33 WIB
- Get link
- X
- Other Apps

Comments
Post a Comment