Search This Blog
Sebuah catatan hati yang terserak. Hello.. I'm Wildah Binashrillah. I just commited to serving you to become the best version of your-self and only writing down the thoughts of the moment because every word has its limits. Hanya bisa menulis sebuah tulisan sederhana, bukan penulis yang tahu segalanya.
Coretanku
- Get link
- X
- Other Apps
PRE-RECAP 2022 : MY NOVEMBER IS 'ALA THUUL STORY'
It was too late to write this segment but I'm still trying to complete it all cause this year is one month left. Let me tell you guys how my journey in Cairo was end. After living for about more than 5 years, there was a time when finally had happened. A time where at beginning I thought it would be an extremely super long journey to do. But in the end, I did it and got my license (Alhamdulillah). I just never imagined before that leaving Egypt would be that hard. Back then, in my half way I tried to end my struggle. In that moment in time, it could be unwell, exausted, worried, confuse, recently lost my spirit also struggling with my faith. But my graduation ruined all these things. And here I am now, finally landing in Indonesia.
Singkatnya, setelah moment haru berpelukan dan bersalaman. Hingga berpamitan dengan teman-teman yang ada saat itu. Satu hal yang aku syukuri, ternyata aku memiliki banyak kawan yang sangat suportif dan memberi banyak-banyak kasih sayang yang luar biasa untukku. Langkah terakhir yang aku injak di Bumi Kinanah berakhir di Bandar Udara Kairo. Sedetik setelah pesawat terbang lepas landas, detik itu juga aku pergi untuk kembali ke Tanah Air dengan membawa seluruh kenangan yang bisa aku peluk erat. Kairo dan kenangannya tertinggal jauh dibawah.
Aku tidak sendiri, ada beberapa rombongan mahasiswa Indonesia lainnya yang juga memutuskan pulang dengan jadwal penerbangan yang sama persis denganku. Tadinya aku berpikir untuk tidak bergabung dengan satupun dari mereka, namun karena salah seorang temanku menyarankan agar aku tidak berpisah dengan salah satu rombongan, setidaknya jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan di tengah perjalanan akan ada orang lain yang membantuku. Dan benar saja, something was happened.
Fisikku mulai mengisyaratkan satu pertanda yang kurang mengenakkan, itu dimulai sesaat setelah aku melakukan check in bagasi dan melewati barisan imigrasi. Kepalaku sudah mulai terasa sedikit berat, penglihatanku sedikit kabur. Sembari menunggu waktu boarding, aku pergi ke toilet untuk membasuh muka, kupikir dengan hal itu akan menghilangkan rasa lelah karena proses perpulangan menyita banyak waktu istirahatku. Beberapa menit berlalu, sepertinya aku benar kelelalahan. aku putuskan untuk beristirahat dengan memejamkan mata sembari menunggu waktu boarding.
Time flies saatnya antri ke dalam barisan untuk masuk pesawat. Aku masih berusaha menyeimbangkan tubuhku agar tetap stabil hingga benar-benar duduk diatas kursi dan beristirahat.Berusaha untuk memejamkan mata dan berharap aku bisa terlelap dalam tidur, tapi aku salah. Saat itulah, untuk pertama kalinya aku merasa pesawat adalah salah satu tempat terburuk yang pernah aku duduki. Tubuhku menggigil kedingin akibat suhu ruangan di dalam kabin pesawat yang cukup rendah, badanku panas karena demam. Sekuat tenaga aku menahan diri agar tidak mengeluarkan suara batuk-batuk, karena jika aku melakukan itu hal yang ditakutkan adalah seorang pramugari akan menyadari keadaanku yang tidak baik-baik saja dan memintaku untuk tidak ikut dalam penerbangan.
Sampai akhirnya saat pesawat sudah lepas landas dan berada di ketinggian tertentu, rasa sakit itu semakin tidak tertahankan. Aku tidak lagi mampu menahan rasa gatal dan sakitnya tenggorokanku. Salah seorang penumpang berpawakan khas Ibu Mesir memberiku beberapa lembar tissue dan menyarankanku meminta ramuan berupa teh pekat yang dicampur perasan lemon. Aku sedikit terharu dengan kepeduliannya, atau mungkin ibu itu juga agak parno kalau-kalau aku terjangkit Covid (Astaghfirullah, suudzon🙏🏻).
Tiga jam berlalu, waktu yang terasa lambat sekali untuk sebuah perjalanan udara. Saatnya transit di Bandara International Hamad, Doha Qatar. Beberapa rencanaku untuk mengambik beberapa video dan gambar instagramable tidak sepenuhnya bisa terealisasi. Karena fakta lapangan membuatku harus bersabar dengan kondisi fisik yang semakin melemah. Saat menahan rasa sakit dan tidak nyaman aku sempar berpikir hal paling buruk akan terjadi. 'Bagaimana jika umurku selesai di hari ini? Bagaimana jika kesempatan pulang dan bertemu keluarga tidak bisa sama sekali aku dapatkan?'. Terdengar berlebihan, tapi sebegitu besar rasa takut diiringi dengan perasaan tidak nyaman itu hadir.
Namun syukurlah, beberapa menit sebelum waktu boarding tiba aku memaksakan diriku mengambil gambar diri agar masih tersusa sedikit kenangan yang aku punya di sebuah negara yang menjadi tuan rumah ajang Piala Dunia Fifa tahun ini. And this is the result 😁😁
- Get link
- X
- Other Apps


Comments
Post a Comment