Skip to main content

Coretanku

Arash Khalefa Haqiqi

 Helloo.. I'm back. Semoga platform ini belum bersarang karena sudah lama ditinggal oleh pemiliknya. Pun berharap pembaca setianya belum pergi menuju antah berantah. Dunia menulis yang sudah sangat kurindukan. Kembali menjadi diriku dengan versi yang sepi dan sendiri. My latest update. Satu bulan dua puluh tiga hari menjadi ibu. Tubuhku benar-benar bukan milikku lagi. Ada sebagian dari aku yang kini menjadi milik manusia kecil yang juga tercipta dari sebagian tubuhku. Menjadi sosok baru yang sedang bertumbuh. Senang dan penuh haru rasanya menjadi sosok ibu baru. Tapi juga rasanya seperti ada kepingan mimpi lainnya yang semakin bias. Seperti sudah menjadi skenario paten di dunia ini bahwa yang datang akan pergi. Yang menetap, membuat yang tadinya ada akan beranjak meninggalkan. Aku kehilangan dunia lamaku, berganti menjadi bahwa dirikulah dunia bagi anakku. Jari-jari kecil yang saat ini sudah mulai belajar meraih dan menggenggam tanganku. Mata kecil yang berbinar menatapku dengan ta...

Hiatus 2021~

     Seperti tahun sebelumnya, aku memutuskan hiatus sementara untuk tahun ini lebih awal. Masih di bulan awal November dan aku memutuskan untuk memberi postingan  terakhirku di platform ini dengan sebuah tulisan. Beberapa hal yang sudah terlewati hampir satu tahun kebelakang. Ada banyak corak cerita yang sudah aku tuliskan di postingan beberapa bulan lalu bahwa tahun ini merupakan tahun yang penuh dengan kejutan.

Tahun lalu, sejak dimulainya masa pandemi yang belum berakhir juga hingga detik ini. Merubah banyak hal yang terlalu sulit untuk dikembalikan seperti keadaan  sebelumnya. Sudah sering aku tuliskan bahwa dunia tidak akan benar-benar kembali seperti sedia kala dengan begitu mudahnya. Banyak orang yang akhirnya membiarkan keadaan yang sudah dirancang menjadi takdir ini berjalan sebagaimana mestinya. Begitupun dengan apa yang aku lalui. Jika BTS dengan judul lagunya Life Goes On sangat bergema di telinga penikmatnya, begitu pula dengan perbendaharaan kamus yang aku punya. Hidup harus terus berlanjut, itulah prinsip yang selalu aku terapkan. Ada banyak resolusi hidup yang sudah aku atur harus berhasil di tahun ini, karena penundaan yang sudah banyak terlewati di tahun sebelumnya. Lagi-lagi, aku harus bersiap menerima kenyataan dengan menerima semua hal terburuk yang aku dapat.

Tidak ada mana yang lebih baik atau buruk. Di setiap tahunnya akan selalu ada pencapaian-pencapaian yang berhasil dan gagal. Jika di tahun kemarin aku selesai dengan progress novel yang akhirnya terwujud, di tahun ini aku belum mewujudkannya kembali. Meski ada beberapa antologi bersama kawan-kawan komunitas penulis sudah beredar di pasaran. Satu karya antologi lainnya yang kupikir akan terbit di awal tahun juga belum sampai naik cetak hingga hari ini. Dan aku selalu berusaha untuk menyabarkan diri sendiri. Impian untuk menjadi penulis besar ternyata memang tidak semudah meniup selembar tissue ringan hingga terbang melayang ke angkasa atas. Hingga akhirya aku kembali meluruskan niat bahwa apapun yang aku kerjakan, baik berubah karya atau hal-hal yang aku lakukan semoga memberi manfaat sedikitnya pada satu orang. Selebihnya, apakah tujuanku supaya dikenal oleh kalangan luas atau tidak, aku tidak lagi mempedulikan hal itu. Bisa memberi manfaat bagi orang lain sepertinya sudah cukup. Bukankah itu tujuan utama seorang penulis seharusnya?

Seperti penghujung tahun ini, bahkan aku sama sekali tidak merencanakannya. Tidak ada resolusi yang pernah tertulis, namun secara tiba-tiba justru aku dapatkan. Sejak awal bulan di tahun ini aku sudah memutuskan untuk tidak berpindah rumah, baik itu asrama atau sekdar rumah baru demi berganti suasana yang berbeda. Rumah yang satu tahun belakangan aku tinggali sudah lebih dari nyaman dan cukup dengan lingkungan pertemanan serta kondisi belajar yang yang cukup kondusif dengan teman-teman yang begtu supportif membantuku dalam memahami materi kuliah.

Takdir berkata lain, aku mendapat panggilan yang tentunya setelah melalui beberapa proses wawancara dan seleksi. Memiliki amanah selama setengah tahun kedepan atau bahkan bisa satu tahu tahun untuk menemani beberapa anak pilihan Pondok Pesantren Modern Alumni Gontor yang memiliki program perdana Studi Bahasa di Kairo, Mesir. Kupikir mengapa aku memiliki keputusan cepat dan segera menerimanya sebab kesempatan tidak datang dua kali. Saat amanah tersebut disampaikan, aku harus segera berpikir bahwa “Amanah tidak akan salah pundak” itu benar adanya. Saat tanggung jawab tersebut dibebankan untukku, itu artinya kepercayaan penuh tidak akan menungguku untuk berpikir terlalu lama. Akhirnya keputusan tersebut aku pilih dengan pertimbangan cepat dan semoga saja tepat.

Aku menyadari, segala permulaan akan selalu menemui kesulitannya. Namun bukan berarti aku tidak bisa melewati hal tersebut. seperti sebuah tantangan baru yang harus aku hadapi, dinilah aku akan berproses menjadi seseorang yang lebih kuat lagi. tidak ada hal yang mudah, namun segala yang rumit bisa menjadi sederhana jika aku mampu mengerjakannya. Zona waktu yang sangat aku gaungkan pada diri sendiri menjadi senjata tajama yang aku camkan baik-baik. Apapun itu, hal besar yang aku jalani semoga mampu mengubahku menjadi pribadi yang jauh lebih baik mulai hari ini hingga seterusnya.

Sebagai penutup, aku akan menulis dua kalimat khusus yang aku jadikan pegangan selama ini. satu hal yang membuatku tetap bertahan di Negeri nun jauh dari kampung halaman.

I will always have it in me to give

And

Kindness is extremely contagious


See yaa in the next year, jika umurku panjang maka aku akan kembali pada tulisan-tulisan berikutnya. Semoga Alah memberkahi umur yang ada dan sisa-sisa yang akan terjalani.

 

Hayy Sabi, Nasr City, Cairo

November, 7th 2021


Bonus Galeri Akhir Tahun : 😁✨️







07.42 clt

Comments

Popular Posts