These words gonna be a journal of the gratitude. But how to start it? It would be random things, serandom otak aku sekarang deh kayaknya. Mungkin tulisan ini bakal ada sedikit kaitannya dengan beberapa poin hasil dari pesan dan nasehat Bapak Prof.Din Syamsuddin semalam. Dan kalo bisa aku tarik kesimpulan, inti pesan beliau secara umumnya adalah tentang 'how to create our planed future'. Beliau banyak membicarakan tentang nasehat sebagai anak muda kayak kita-kita ini yang masuk dalam kategori belum terlambat untuk segera merancang masa depan. Mau jadi apa nanti? Setelah selesai kuliah mau kemana? Apa mimpi yang sudah digagas? Dan lain sebagainya. Semua hal yang berkaitan dengan masa depan lah.
Anyway, semua nasehat beliau definetely bener dan nggak salah sedikitpun. Sambil ngangguk-ngangguk aku mengiyakan juga. 'Iya ya, bener juga sih. Aku tuh sekolah disini besok mau jadi apa sih? Orang-orang mah udah punya banyak list impian buat dirinya. Bahkan ada yg udah belajar EILTS untuk ngejar S2 di Eropa katanya kan. Macem-macem lah pokoknya. Terus aku mikir, lah aku ngapain aja sih selama disini? Kayaknya ya masih gini- gini aja. Termasuk tinggi badan yang masih dalam posisi ketinggian yang sama. (Apaan sih Wil, bawa-bawa fisik 🤭😂). Masak aku nggak punya tujuan sih?! Intinya, dalam 3 jam aku duduk di pertemuan tadi malam, otak sambil berpikir keras lagi dan lagi. Eh tapi nggak sampe jadi keras kepala ya gara-gara mikirin ginian. Kayak jadi review ulang gitu loh, aku tuh maunya apa sih dari hidup yang aku jalani sekarang. Apa sih tujuan aku hidup di sini. Udah sejauh mana usaha aku buat dapetin apa yang selama ini menjadi 'goals' buat hidup aku.
Akhirnya, sepulangnya dari acara aku berkontemplasi memikirkan kembali rancangan mimpi-mimpi. Aku harus ini dan itu dan sebagainya. Mulai deh tuh, mikir jauuuh kedepan. Berpanjang angan dan berandai-andai. Aduh, aku tuh suka gitu, kebanyakan mikirin masa depan. Well, sampe akhirnya aku dapet jawaban di hari berikutnya. Tepat satu hari setelah hari kemarin ya guys. Dan kayak yang aku bilang di awal, serandom itu otak aku dipenuhi dengan banyak hal. Sebenernya bukan jawaban sih, lebih tepatnya kayak semacam rem pengendali buat pemikiran-pemikiran aku dalam memandang kehidupan ini. Terkadang, semakin aku memiliki banyak impian, semakin aku punya banyak harapan, cita-cita, proposal hidup, atau apapun itu yang makna konotasinya adalah keinginan, semacam ambisi kehidupan dunia lah. Semakin hal tersebut menggerus perlahan rasa syukur dalam diri aku terhadap Tuhan. Aku semakin terobsesi dengan hal-hal besar yang ternyata patokannya adalah high position dalam pandangan manusia.
Aku bukan lupa sih, mungkin kurang memahami esensi nilai 'menjadi bermanfaat bagi orang di sekitar' itu jauh lebih penting ketimbang 'terus berlomba menjadi yang teratas'. Bukan berarti punya goals' yang tinggi itu salah ya, No!!. Bener, itu sebuah cita-cita yang bagus bahkan. Tapi,harusnya aku juga bisa menitik beratkan posisi sebagai Hamba Tuhan yang suatu saat kita akan kembali. Dan itu aku nggak tau kapan. Oke, aku punya banyak daftar cita-cita dan lain sebagainya, merancang banyak impian kedepan. Tapi, please jangan sampe lupa aku punya hari ini yang harus aku manfaatkan sebaik-baiknya. Jangan sampe nanti aku malah nyesel karena kebanyakan kemauan di hari ini justru gagal di hari esok. Aku punya banyak kesempatan dalam semua hal untuk terus berbagi kebaikan dengan orang-orang di sekitar aku. Aku berhak untuk mengukur diri dan berusaha untuk 'menjadi apa' nanti dikemudian hari, tapi aku nggak boleh sampe melupakan 'untuk apa aku hidup' sekarang.
Ada dalam surat paling akhir di Al-Quran, pada ayat sebelum akhir yang artinya, "yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia". Nah ini yg sering jadi masalah nih. Kadang setiap selesai melakukan suatu hal, harusnya kita bersyukur karena satu pekerjaan terselesaikan. Bukannya malah terus kepikiran dan malah jadi angan-angan. Nah disini syaitan pinter banget bermain peran buat hati manusia jauh dari kata syukur. Astaghfirullah..
Dan emang bener, poin besarnya adalah bersyukur. Nggak salah sih kalo dulu Bapak Kyai di pondok dalam setiap ceramahnya dengan tema apapun yang beliau sampaikan selalu diawali dengan ungkapan 'Bersyukur'. Kurangi mengeluh, banyakin syukurnya dalam setiap perbuatan. Bukankah ganjaran yang kita terima nanti sesuai dengan apa yang kita niatkan? Percaya deh, kalo aku bisa memandang kehidupan ini dengan banyak bersyukurnya, aku nggak akan sekeras itu menuntut diri aku buat jadi yang teratas'. Aku bisa lebih mengetahui kapasitas diri yang tentunya aku bakal terus berusaha untuk improve. Asli, ini tulisannya random. Tapi ya gitu, kamu ngerti kan maksudnya gimana?
Ya udahlah ya, abis ini kurangin ngeluhnya banyakin syukur. Oke 😁👍
Darb el-Rashas, Senin 27 Januari 2020
Edited pukul 23.44 clt
#besok kemana ya?
Comments
Post a Comment